Dimensi kehidupan selalu menawarkan beberapa pilihan
untuk segera di jadikan sebuah keyakinan. Sebagai insan yang berpijak pada
belantara sang pencipta, pemilik lakon kehidupan sering lupa dengan esensi
keberadaannya sebagai seorang hamba. Terkadang mereka puas dengan tirani, lalu
terasingkan oleh kejamnya sebuah akhir yang menggelapkan.
Mereka
yang pernah memiliki fondasi kehidupan sebagai mahluk Tuhan, selalu merasa
hidup dalam sebuah dunia yang gelap. Dalam dunia yang setiap orangnya masih
meraba-raba. Mencoba, mengulang, lalu memformulasikan sebuah cara. Dan akhirnya
tidak menemukan denyut nurani. Tidak merasakan sentuhan kasih dan sayang dan
tidak melihat sorot mata persahabatan yang tulus.
Berapa
praduga pun bermunculan, hingga tersebutlah, bahwa mungkin saja mereka telah
melupakan Tuhan. Dalam hal ini, manusia mungkin saja tengah mengalami krisis
moral. Hilang kendali dalam berpijak, tak lagi teguh dengan keyakinan, dan
seolah telanjang dari balutan akhlak sebagai riasan diri. Untuk mewawas diri
agar tak lepas dari kendali. Lost
control, hingga membuat semua membaur dalam hitamnya dunia kegelapan.
Realitas
kini, dunia yang menyeret manusia didalamnya kepada ambang krisis prilaku dan
moralitas. Krisis ini menimbulkan ketidak seimbangan di dalam kehidupan
masyarakat yang tentunya sama sekali tidak menyampaikan pesan kebahagiaan
kepada umat manusia. Hal ini berujung pada penyimpangan pemikiran. Menimbulkan
aura-aura pikiran negatif dan bersarang dalam otak.
Tiada
lagi pengharapan pada kemunculan prasangka baik, jika diri sudah dibaluti
dengan pandangan buruk dan keterpurukan yang teramat dalam. Model kepribadian
yang memadukan segala bentuk kefrustasian, prasangka-prasangka tak mengenakan,
juga munculnya antagonisme dalam pendidkan moral.
Bercerminlah diri.
Bercerminlah diri.
0 komentar:
Posting Komentar