Screams For Inspiration

Recent

Minggu, 07 Desember 2014

Kekerasan Pada Anak Produk Daur Ulang



Kemarin (6/12) kita ketahui sebuah pemberitaan di media, terjadi tawuran antarpelajar di Jakarta Timur, pelakunya adalah pelajar berseragam abu-abu dan apa sebenarnya yang mengakibatkan tawuran antarpelajar tersebut? bisa jadi, karena hal-hal sepele seperti saling ejek, rebutan pacar, saling lihat-lihatan, yang akhirnya menimbulkan dendam sehingga terjadi berulang-ulang.


Selain itu kekerasan pada anak bisa juga terjadi karena masa lalu dalam keluarga dan lingkungannya yang mempengaruhi. Komite Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mengatakan tawuran antar pelajar berakar dari kekerasan keluarga yang di pelajari anakdan di praktekannya kembali pada unit sosial yang besar.
   “Tawuran berasal dari daur ulang apa yang dilihat siswa pada keluarganya. Keluarga memiliki kontribusi yang besar membangun dan menciptakan kekerasan kalau hal itu yang dirasakan anak,” katanya.
Menurutnya, anak yang mengalami kekerasan di rumah akan membangun kelompok di sekolah untuk melakukan kekerasan lagi dengan kelompok dari sekolah lain.
Ia mengatakan jika dari keluarga, masyarakat dan sekolah masih menunjukan kekerasan, tentu siswa masih akan mencontoh kekerasan tersebut dan tawuran antar pelajar masih akan terjadi.
Untuk itu katanya, keluarga harus menjadi lingkungan ramah anak dengan merubah paradigma mendidik dari otoriter menjadi dialogis dan partisipatif untuk anak.
“Keluarga, katanya, harus dapat menjadi garda terdepan untuk melakukan perlindungan pada anak.
Ia menambahkan, selain keluarga, masyarakat juga harus tanggap mengingatkan dan melaporkan agar tidak terjadi lagi di kemudian hari. Selain itu masyarakat juga tidak boleh acuh saat menemukan tawuran antarpelajar terjadi di lingkungan sekitar mereka dan melaporkannya pada pihak yang berwajib agar dilakukan tindakan pencegahan atau penangkapan bila terjadi.
Selanjutnya, sekolah juga harus menjadi tempat yang aman bagi anak dengan mengedepankan parttisipasi siswa karena sekolah adalah tempat keseharian mereka.
Sekolah juga harus menjadi tempat membangun moral dan aktualisasi diri anak sehingga ia menyarankan kurikulum pendidikan di sekolah harus mampu menjadi sarana aktualisasi diri para remaja sehingga energi yang tersimpan dapat berkembang ke arah positif.
“Kurikulum harus diubah ke arah yang mengajak para pelajar untuk berpartisipasi, dengan begitu angka kenakalan remaja dapat ditekan. Kurikulum kita saat ini tidak aman dan ramah bagi anak-anak,” Katanya.
Menurutnya, segala sesuatu yang dimiliki oleh remaja senantiasa harus disalurkan dan diarahkan. Dan untuk mengarahkan ke arah yang positif, diperlukan kesungguhan usaha dari keluarga, masyarakat dan sekolah. (Berbagai Sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com